Ramadan bukan hanya waktu untuk memperdalam ibadah, tapi juga momen untuk memperluas kebermanfaatan. Semangat inilah yang diwujudkan oleh Nur Fadillah, awardee Etos ID asal Universitas Sumatera Utara, yang selama bulan suci ini mengajak lebih dari 300 anak di Medan menyelami nilai-nilai Islam lewat dongeng edukatif.
Dengan gaya mendongeng yang hangat dan interaktif, serta ditemani boneka tangan kesayangannya bernama Lani, Dillah—begitu ia akrab disapa—telah hadir di lebih dari tujuh sekolah dan berbagai kegiatan komunitas. Ia menyampaikan pesan-pesan moral yang membumi dan mudah dipahami anak-anak. Tapi dongeng yang dibawanya bukan sekadar hiburan.
“Dongeng adalah pintu masuk untuk menanamkan nilai. Anak-anak bisa tertawa, tapi di saat yang sama mereka juga belajar tentang kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang—nilai-nilai keteladanan dari setiap kisah,” ungkap Dillah.
Kegiatan ini juga menjadi ruang perkenalan awal untuk Jelajah Berkisah, gerakan literasi yang tengah ia rintis. Gerakan ini lahir sebagai jawaban atas tantangan rendahnya minat baca dan literasi di kalangan anak-anak dan pemuda.
Jelajah Berkisah: Literasi, Edukasi, dan Pemberdayaan Pemuda Lewat Cerita
Jelajah Berkisah memiliki dua fokus utama:
- Meningkatkan literasi anak-anak melalui dongeng inspiratif yang dikemas secara menyenangkan dan penuh makna.
- Mewadahi pemuda-pemudi untuk belajar seni mendongeng melalui pelatihan dan praktik langsung, agar mereka bisa menjadi penggerak literasi di komunitas masing-masing.
“Literasi tidak selalu harus dimulai dari buku. Cerita yang disampaikan dengan hati bisa menjadi awal bagi anak dan pemuda untuk mencintai belajar, memahami nilai-nilai, dan berpikir kritis,” jelas Dillah.
Sejak awal 2025, Jelajah Berkisah telah menjalin berbagai kolaborasi strategis, seperti pelatihan teknik dasar mendongeng bagi para relawan dan sesi dongeng di desa Karo bersama Tim MDD SGC USU, mendongeng kolaboratif dalam kegiatan Amal Verse, dan sesi edukasi dan dongeng interaktif bersama Sikkola Rakyat Indonesia.
Gerakan ini lahir dari keprihatinan Dillah yang selama ini aktif turun langsung ke sekolah dan komunitas. Ia melihat bagaimana keterbatasan akses terhadap cerita, ruang belajar kreatif, dan figur inspiratif masih menjadi tantangan nyata.
Didampingi dan dibina melalui program Etos ID, Dillah menanamkan visi bahwa mendongeng bukan sekadar keterampilan—tetapi jalan dakwah kebaikan.
“Saya ingin anak-anak punya kenangan indah saat belajar, dan para pemuda punya wadah untuk bertumbuh sambil memberi,” tambahnya.
Kisah Kak Dillah dan Lani adalah bukti bahwa literasi bisa dibumikan dengan cara yang menyenangkan, kreatif, dan bermakna. Semoga langkah kecil dari Jelajah Berkisah terus tumbuh menjadi gerakan besar yang menyalakan cahaya di hati generasi muda Indonesia.
“Dongeng bukan akhir cerita. Ia adalah awal dari gerakan yang membangkitkan semangat belajar dan menebarkan nilai-nilai kehidupan serta kebermanfaatan,” pungkas Dillah dengan semangat.